Kamis, 12 Juli 2012

Nia

Bandul waktu bukan bunda yang punya. dentang dentang cepat seakan tak berakal mengengah-engahkan nafas kita, memberimu ruang sekali hela untuk seratus meter kamu berlari.Maafkan kini bila bunda seperti waktu yang kamu sesalkan karena tidak hanya cepat, tapi ikutan menyirat. Tiap tergesa membangunkanmu dan dua adik kecilmu yang masih asyik terlelap dengan kasar, memandikan kalian tanpa menatap hangat, jemari yang enggan mengambil sayuran memasakkan kalian makanan, menyerahkan kamu dan kedua adikmu pada tetangga sebelah tanpa sempat menghangatkan kalian dengan pelukcium atau kata sayang. Bunda sungguhan menyirat.tiap kali bersinggungan dengan kalian, bunda seumpama tidak berkaki, hilang pijakan. Ibu mana yang biasa saja menyerahkan anak pada tetangga,ibu mana yang tega tidak prihatin dengan kalian barang semenit. Tega tidak berangan kalian siang nanti makan apa, tidur tanpa dielus rambut dan dicium kedua pipinya. Sejak awal bunda menceburkan pada putaran waktu, sungguhan bunda tidak kuat, bunda ingin menyerah dan pilih tetap teersenyum ditengah-tengah kalian. Mencebur Seakan diharuskan menatap acuh, bergerak menyembunyikan emosi, mengisyaratkan rasa. Iya, tataplah bundamu seperti rasa kamu dititipkan pada tetangga, ditatap biasa saja, diberi kata sekadarnya, dimasakkan dengan hati enggan, seakan dilewatkan jika kamu menatap mata bunda. Tak apa, sudah tahu mencebur ganjarannya seperti apa dan bunda menyetujuinya. Ikut jadi penyirat yang menahan ribu rasa yang biasa bergulir tiap menitnya, menyadari terkadang rasa enggan peduli celoteh kalian yang sedari siang ingin kalian utarakan. Bunda salah dan kalian tidak usah mengerti. Bunda memilih untuk tersirat. Pagi-pagi ia diantar ibunya Diturunkan tanpa kata baju ganti dan sabun batang giv untuk gadis kecil seusianya adalah Nia yang berkata, "disini aku istimewa" ,ketika diberi roti sekadarnya. #prosaproject

Tidak ada komentar:

Posting Komentar