Sabtu, 30 Juli 2011

berjalan mundur

biasanya dengan menusuk dan haru aku menikmati hentak jalan kakimu sedikit meloncat dalam genangan air hujan yang bergetar merekam sosokmu dari bawah.
mataku juga lalu lalang tanpa bosan mengekorimu sibuk kemana-mana sampai masuk dalam ruangan. lalu aku iri dengan Tuhan, bisa melihat apapun kelakuan makhluk-Nya dimanapun berada termasuk siapapun di bawah tanah.


dua tahun lalu bersama sekeranjang debar malu-malu mengintip, menyaksikan sekelumit demi kelumit dinamis tangan, kaki terampilmu berkolaborasi membunyikan semua perangkat hidup matimu. menyuguhkan roller coaster genius musik yang hidup. Ekspresif.
ah, segalanya tampak terblur tidak adil oleh permainanmu.

berjalan mundur lagi mengecap sana sini hempas keras dan romansa timpang yang pernah hidup menggilai detail-detailmu serta tatapan biasa ketika menginjak lagi bahwa segalanya sirna. Menundukkanku menampar monster lama ,memacu debam-debam penghadir saga mata.

Cukup.

brangkas masalalu cukup disimpan dalam lemari, diletakkan sejajar bersama brangkas lainnya.

Cukup.
dengan selembar takjub bertitik dan tepuk tangan apresiasi


Lalu pergi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar