Menenggelamkan wajah diantara konstanta, garis-garis wajah dibebani sekat-sekat pelecut
Membudakmu hingga lupa sepercik aku,
mengasah pisau ditengah tali kelingking kita
Aku tahu, paham sesak bulir tiap sekonmu
Terus berpacu
Sepasang mata coklat teduhmu, kolaboraasi imajinasi jahil kita
Senyum terbuka hangat, jejak kaki berjalan santai
Lenyap dihisap jelaga kedewasaan.
Sedingin itukah metamorfosa ?
Kantung matamu tercetak pekat dibawah oasemu yang mengering.
Teman, kutepuk pundakmu
Secangkir uap panas teh, duduklah sebentar.
Celupkan satu per satu pemberat nafasmu
Tak usah berontak,
Biar senyap senyawa antioksidan mengurainya
Benangmu terlalu erat dan kusut tanpa ujungnya.
Biarkan aku bercerita, melantur kisah kita,
Para Penantang Malam.
Kamu lupa indahnya malam bukan?
Cerita ekspresifmu yang membuatku iri terhenti. Imajinasi jahil berlarut-larut menggantung timpang
Bahkan aku yakin kau tak akan berkata
Menikmati hangat yang perlahan disedot lelah
kenapa bisa tahan?
Kamu kelu
Mencipta hampa seakan lupa jika aku ada.
Tidak apa, asal puing bahumu mulai tersusun
Mata coklatmu bisa tidur lelap tanpa kerut pikiran bertubruk
Nafasmu sedikit mengendur teratur
Lunglai bahumu tersandar nyaman
Mata terpejam
Sendi-sendi kurang kasih sayang,
Selamat malam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar