Jumat, 15 April 2011

secangkir

" Untuk sekelebat mentari yang mencari jalan sendiri"

Menenggelamkan wajah diantara konstanta, garis-garis wajah dibebani sekat-sekat pelecut

Membudakmu hingga lupa sepercik aku,

mengasah pisau ditengah tali kelingking kita


Aku tahu, paham sesak bulir tiap sekonmu


Terus berpacu


Sepasang mata coklat teduhmu, kolaboraasi imajinasi jahil kita

Senyum terbuka hangat, jejak kaki berjalan santai

Lenyap dihisap jelaga kedewasaan.


Sedingin itukah metamorfosa ?

Kantung matamu tercetak pekat dibawah oasemu yang mengering.


Teman, kutepuk pundakmu

Secangkir uap panas teh, duduklah sebentar.

Celupkan satu per satu pemberat nafasmu


Tak usah berontak,

Biar senyap senyawa antioksidan mengurainya

Benangmu terlalu erat dan kusut tanpa ujungnya.

Biarkan aku bercerita, melantur kisah kita,

Para Penantang Malam.

Kamu lupa indahnya malam bukan?



Cerita ekspresifmu yang membuatku iri terhenti. Imajinasi jahil berlarut-larut menggantung timpang


Bahkan aku yakin kau tak akan berkata

Menikmati hangat yang perlahan disedot lelah

kenapa bisa tahan?


Kamu kelu


Mencipta hampa seakan lupa jika aku ada.



Tidak apa, asal puing bahumu mulai tersusun

Mata coklatmu bisa tidur lelap tanpa kerut pikiran bertubruk

Nafasmu sedikit mengendur teratur

Lunglai bahumu tersandar nyaman

Mata terpejam

Sendi-sendi kurang kasih sayang,

Selamat malam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar