Susah payah mengeja namamu..
Merangkai kata yang biasanya meluncur deras tiap kali indra penglihat dan jantung sensitif menangkap sinyal estetis maupun mortalitas.
Puluhan malam kau mengunjungiku membungkam angin layu mendayu dengan bertanya ini itu. Berkata ini itu
Kamu yang entah membawa berapa liter cat memoles penuh senyum tulus tembok kusamku hingga rasanya kebal akan suram..
Puluhan hari kamu menapak sedikit demi sedikit hati ciutku yang enggan melihat dunia diluar jendela,mereparasinya, mengajakku melangkah dalam kenyataan dengan keberanian.
Hei, ternyata tak selamanya bumi ini menyakitkan.
Namun sampai kau jengah menyatakan, lidahku menggantung di langit-langit mulut.
Gagap mengejamu.
Indahmu tak tersalurkan jelas di otakku, tak tersinkron dengan mulutku yang angkuh malu mengakui bahwa harga dirinya sama sekali tidak terpakai ketika menangkapmu.
Hanya berapa hari kau hilang kabar mataku yang bosan memutar video, me-review semua jepretan, memori sekedarnya tentang dirimu. Mata tajammu, senyum penghenti duniaku, tebalnya alismu, tegap punggungmu.
Kotak masukku mulai menjamur, basi sekali tanpa kata-kata penangkal sepi kirimanmu meski sesederhana emoticon senyuman.
Jeda membuatmu berarti..
Heningmu membuat mataku meronta rindu, hati ingin dipeluk, pipi ngambek minta dipulas perona merah jambu, mulut kram minta upacara menerbitkan senyuman panjang.
Ketika kau kembali jengah mengatakan, menunggu lidahku gamblang menyebutmu, tersenyumlah.
Terimalah panjang lebar kata-kata yang kutulis ini dan sekotak kenangan berisi catatan-catatan kecil mengabadikan tentang memorimu dalam rintik tinta. Potongan potret parasmu berdampingan dengan wajah tololku.
Terimakasih Tuhan, menyertakanmu dalam paket bahagiaku..
mentari baruku :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar