aku hanya bisa tersenyum.
tersenyum sesipit mungkin,
yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum
kepedihan memang membuatku tercekik,
paru-paruku memang di bor sana- sini
namun mereka tak bisa berontak lagi
mereka terlalu reyot untuk ekstaksi kurva sepertimu
yang selalu bertabur ajaib,
naik dan turun.
kali ini mereka hanya mampu menarik bibir
membuatku tersenyum sesipit mungkin.
mereka tak mampu lagi melawan eksploitasi racun rasamu
yang membuat rasa tersenyum segamblang mungkin.
kau membuatnya mati rasa.
kau membuat tenggorokanku berteriak menyebutmu
hanya dalam rongga leher
mataku tak hentinya terpaku
melihatmu berlalu,
berlalu,
dan berlari,
jika kau melihat mataku melihatmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar