Minggu, 23 Mei 2010

sesipit mungkin dengan topengku

aku hanya bisa tersenyum.

tersenyum sesipit mungkin,

yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum

kepedihan memang membuatku tercekik,

paru-paruku memang di bor sana- sini

namun mereka tak bisa berontak lagi

mereka terlalu reyot untuk ekstaksi kurva sepertimu

yang selalu bertabur ajaib,

naik dan turun.

kali ini mereka hanya mampu menarik bibir

membuatku tersenyum sesipit mungkin.

mereka tak mampu lagi melawan eksploitasi racun rasamu

yang membuat rasa tersenyum segamblang mungkin.

kau membuatnya mati rasa.

kau membuat tenggorokanku berteriak menyebutmu
hanya dalam rongga leher

mataku tak hentinya terpaku

melihatmu berlalu,
berlalu,

dan berlari,

jika kau melihat mataku melihatmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar