Minggu, 20 Mei 2012

15.45

aku terbangun di rerapuhan tembok tua. tenggorokanku kering, berdeham-deham tanpa suara. cat besi abu-abu ranjangku mengelupas kecoklat-coklatan karat, berderit ketikaku melongo terduduk. bukankah ini tidur siang?, kaos hitamku memudar tipis diterpa matahari berlapis-lapis. buku-buku menua, segalanya berwujud sepia. aku mencuci muka dan tidur dengan senyuman, ini cuma tidur siang. barangkali adik mulai beranjak menggegaskan langkah ke surau. ibu menyapu daun-daun kering di halaman batako.

aku hanya perlu memejamkan mata. ini fatamorgana.

rerapuhan tembok tua aksen sepia bukan sekedar fana. kaki-kakiku meraba-raba lantai bercorak energen yang kini kering tempat biasanya krayonku mewarna, hangat pantat-pantat kami berbagi cerita, makanan ringan beberapa jatuh berceceran. piala kayuku yang bertanggal lahirmu  berupa serbuk,   bahkan nampak keluarga besar rayap sudah lama meninggalkan jejak. koridor dapur, hingar cahaya tivi, tembok-tembok berfoto ayah ibu, adik tk berkostum warna-warni di sanding kulkas, bunga-bunga sintetik ruang tamu tinggal dengung hampa.  rerapuhan ini cuma rerapuhan, meski lebih sepuluh kali  ku menyentuh hingga sengau penuh sesak ketidaktahuan. perabotan kayu, suara saling cibir adik-adik sampai mulut mereka tampil maju, jejak tapak agak limbung gadis kecil berambut kapas, lelucon merembet apa adanya ibu, mengapa hanya aku tertinggal disini. bahasa pilar-pilar dan perabotan serpih pun ku tak diberi. ibu, hanya aku yang tidur berhias senyum memeluk guling seeratku, hanya aku berbacksound riuh rendah mejikuhibiniu.tanpa sangka akan terbangun seperti

aku hanya perlu pemejamkan mata
ini fatamorgana
.ilusi amnesia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar