Jumat, 23 Desember 2011

lampu merah

Ini ulangtahunmu yang ke tujuh belas. Seluruh pihak yang mengenal sampai tidak mengenalmu bahkan tumpah ruah menebar konfeti warna-warni atau datar hitamputih ucapan berulangtahun kepadamu. Sahabat-sahabat memelukmu, ragam bingkisan tanpa dipersilahkan memenuhi kedua tangan sampai ransel marun kebesaranmu mendadak terkena obesitas, menggembung di sudut-sudut. Kamu dengan renyah mengajak orang terdekatmu merayakan, sekedar makan-makan di emperan jalan. Meledaklah mereka menjahili, mengguyurmu dengan kuah mie yang habis mereka santap. Kamu berteriak sedikit kesal namun bersaput gembira. Ya, semua tertawa dan kamu menikmati seteguk keabadian euforia. Detik pun lama berlalu, memaksa kalian memunguti sisa-sisa sampah, puntung rokok, kacang rebus, menyumpal gelak yang takkan berhenti jika malam bersama detak jam tetap perawan. Satu persatu mereka pamit pulang, memeluk dan mengacak-acak rambutmu sebagai tanda perpisahan. Ya, kamu sendiri. Terus berjalan mmenuju ujung waktu.


Saat yang tepat.


Malam ini jalanan ramai. Bis kota melaju , mobil-mobil berduyun-duyun, derungan motor tak pernah lepas membisingi telingamu tapi kamu tetap tersenyum selebar-lebarnya, moodmu menanjak dalam tingkatan seranum-ranumnya. Tiada yang lebih seru dari hari ini, gumamu berulangkali. Langkahmu renyah bersama potongan-potongan film yang barusan terekam. Tentang mereka, tentang dia. Atmosfer terhangat yang pernah kalian ciptakan. Tiap sorot mata, gerakan sederhana tangannya, suara kehati-hatian yang terlontar tulus terucap.


Jemputlah ia semenit lagi.


Tak peduli samasekali. Gas yang diinjaknya melesatkan mobil tanpa kendali meski ia tahu jalanan malam ini ramai. Klakson astrea mengumpat, avanza, segala merek kendaraan dari bobrok ahli ngadat hingga semulus bmw tumpah ruah meraunginya. Amarahnya diujung jemari, mengakar kuat mengendalikan otak hingga nyalang. Menatap tajam tanpa fokus. Semua seperti bulb


Sekarang.


Tepat lampu merah mengunci dan kamu masih tertancap dengan segala slow motion emperan jalanan. Dunia begitu indah

Rem ! rem ! rem!

Kakimu terasa lumpuh , amarahmu terbalik mecipta sesak. Rem!


“Ya Tuhan, jangan engkau tabrakkan pada orang”

Doamu sekuat tenaga, setirmu kau kirikan.


Semoga menabrak trotoar jalanan


“Halo Re?, kamu dimana”

“ Eh Abi, aku di….”


JDARR. Tas ransel marun terkoyak pada besi-besi. Terpental bersama kado warna-warni. Kaki-kaki terkunci .Mata hitam tua hilang tawa, kosong euforia .


“Re ?”

“Halo?, Re? itu suara apa?!”

“Ree?!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar